• November 11, 2024
DepEd-Central Visayas mengupayakan kelas tatap muka terbatas

DepEd-Central Visayas mengupayakan kelas tatap muka terbatas

Direktur regional DepEd mengatakan mereka menerima lebih dari 160 resolusi dari unit pemerintah daerah dan asosiasi orang tua-guru

Departemen Pendidikan – Visayas Tengah mendorong adanya “kelas tatap muka terbatas” di beberapa sekolah di pedalaman dan pulau.

Direktur regional DepEd-7 Salustiano Jimenez mengatakan dalam wawancara telepon dengan media Cebu bahwa dorongan untuk kelas tatap muka terbatas diprakarsai oleh orang tua melalui beberapa resolusi yang disahkan dalam asosiasi orang tua-guru selama minggu ketiga bulan Oktober.

“Saya menerima lebih dari 160 resolusi dari asosiasi orang tua-guru di satuan pemerintah daerah yang meminta (kelas) tatap muka terbatas. Dan dengan itu juga mendorong saya untuk mengajukan proposal ke IATF daerah,” ujarnya.

Gugus tugas antarlembaga terkait COVID-19 di tingkat lokal mendukung resolusi ini di IATF nasional dan Kantor Pusat DepEd. Badan-badan nasional ini kemudian akan mengesahkannya ke Kantor Presiden.

Jimenez mengatakan usulannya adalah membagi kelas menjadi dua, dengan masing-masing setengahnya menghadiri dua hari pelajaran fisik setiap minggunya. Selama 3 hari tersisa dalam seminggu, siswa akan menjawab lembar kegiatan dan LKS.

“Kalau misalnya ada 30 peserta didik dalam satu kelas, maka 15 orang hanya itu yang akan melaporkan (hanya 15 yang akan mendaftar) pada dua hari pertama. Sisanya 15 atau 50% akan menjadi dua hari ke depan. Kemudian hari Jumat dan Sabtu akan dimanfaatkan para guru untuk mempersiapkan hal-hal lain,” ujarnya.

Jimenez mengatakan DepEd-7 menargetkan daerah pedalaman dan pulau-pulau yang berisiko rendah dan tidak ada kasus COVID-19 karena populasi yang relatif lebih kecil membuatnya lebih mudah untuk menegakkan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh IATF.

“Kami akan menerapkannya secara bertahap di wilayah kami. Mungkin kita mulai di sekolah pedalaman dan sekolah pulau. Sebab, alasan yang melatarbelakanginya adalah sekolah-sekolah di pedalaman memiliki (a) jumlah penduduk yang sedikit. Hanya ada sedikit anak (siswanya lebih sedikit), sehingga kita bisa dengan mudah menerapkan protokol yang ditetapkan Kementerian Kesehatan dan IATF,” ujarnya.

Jimenez menambahkan bahwa para guru di daerah-daerah tersebut menempuh jarak yang jauh untuk mendistribusikan materi pembelajaran dari rumah ke rumah, sementara orang tua sering kali tidak memperhatikan kemajuan akademik anak-anak mereka.

“Kebanyakan orang tua kita di pedalaman tidak punya kapasitas Sungguh untuk memfasilitasi dan membantu peserta didik kita di beberapa modul. Mereka sangat sibuk di lapangan (khususnya yang bergerak di bidang pertanian),” ungkapnya.

Jika kasus terkonfirmasi COVID-19 muncul di area tempat diadakannya kelas fisik, Jimenez mengatakan pembelajaran tatap muka di sana akan segera dibatalkan. Pedoman dan protokol rinci untuk kelas tatap muka juga akan bervariasi antar kantor divisi DepEd untuk beradaptasi dengan situasi spesifik mereka.

Sementara itu, Gubernur Cebu Gwendolyn Garcia mengatakan dia mendukung dorongan untuk membatasi kelas tatap muka, dan menambahkan bahwa pemerintah provinsi Cebu akan membantu belanja lampu sanitasi, pembersih udara dan vitamin untuk memastikan pendidikan berkualitas di sekolah-sekolah negeri di provinsi tersebut.

Ia mengatakan, dari seluruh kota di provinsi tersebut, tingkat koneksi internet tertinggi hanya sebesar 20%.

Ia juga mengatakan bahwa provinsi tersebut akan mengupayakan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dasar di semua tingkatan kelas. Dia mengatakan provinsi Cebu akan membentuk “panel editor” untuk menyusun buku pelajaran baru bagi siswa.

“Kami akan melihat buku pelajaran ini lagi. Saya siap menyisihkan dana untuk itu. Tetapi modul-modul ini (modul-modul ini), kami tidak menyisihkan dana untuk itu karena kami tidak yakin bisa mencapai tingkat pendidikan yang kami inginkan untuk anak-anak kami,” katanya.

Dari laporan P1,2 miliar yang diajukan oleh DepEd Provinsi Cebu, Garcia mengatakan bahwa pemerintah provinsi menolak mengambil dana untuk pencetakan modul pengerjaan 10 bulan.

“Standar pendidikan kami telah diturunkan secara serius dengan modul-modul ini,” katanya mengacu pada kelemahan yang ditemukan dalam modul pembelajaran jarak jauh DepEd.

Liga Kotamadya-Cabang Cebu juga baru-baru ini mengeluarkan resolusi yang mendukung DepEd-7 jika diizinkan oleh IATF, dan Kantor Pusat DepEd dan menetapkan protokol kesehatan.

“Liga tidak menentang prospek kelas tatap muka terbatas seperti yang diusulkan DepEd, asalkan DepEd memberikan kebijakan yang jelas, rencana pelaksanaan yang lebih konkrit dan pedoman khusus guna menjamin kesehatan dan keselamatan siswa. , orang tua, guru, dan pemangku kepentingan lainnya selama penerapannya,” bunyi resolusi tersebut.

Dari 44 kota di provinsi Cebu, 21 kota bebas COVID.

Hingga Senin, 16 November, Visayas Tengah memiliki total 23.328 kasus. Dari jumlah tersebut, 1.057 kasus aktif, 20.899 sembuh, dan 1.372 meninggal.

Provinsi Cebu sendiri memiliki 6.586 kasus. Dari jumlah itu, 313 orang merupakan kasus aktif, 5.875 orang sembuh, dan 398 orang meninggal dunia. – Rappler.com

lagutogel