• November 21, 2024
Dengan adanya hubungan Mislatel dengan Tiongkok, para senator khawatir terhadap reformasi kepemilikan asing

Dengan adanya hubungan Mislatel dengan Tiongkok, para senator khawatir terhadap reformasi kepemilikan asing

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Senator Grace Poe mengatakan beberapa rekannya mengambil langkah mundur dari amandemen UU Kepegawaian karena kekhawatiran mengenai kepentingan Tiongkok di Filipina.

MANILA, Filipina – Keterlibatan Tiongkok di Mislatel, perusahaan telekomunikasi terbesar ke-3, menjadi kekhawatiran utama para senator dan membuat mereka mengambil langkah mundur dari pelonggaran pembatasan kepemilikan asing.

Mislatel terdiri dari Udenna Corporation milik Dennis Uy dan China Telecommunications Corporation (China Telecom) yang dipimpin Beijing.

Pada sidang Komite Pelayanan Publik Senat yang ke-4 dan terakhir mengenai permasalahan Mislatel, Senator Ralph Recto menyatakan bahwa Tiongkok mungkin dapat memperoleh kepemilikan saham pengendali setelah Kongres melonggarkan batas kepemilikan berdasarkan Undang-Undang Pelayanan Publik.

Menurut Recto, struktur kepemilikan Mislatel dan pelonggaran pembatasan kepemilikan tidak dapat ditinjau secara independen.

“Anda tidak dapat melihat hal ini secara terpisah dari banyak hal lain yang sedang terjadi,” katanya.

Senator Grace Poe, ketua komite pelayanan publik, mengakui kekhawatiran Recto.

“Itulah sebabnya (amandemen) UU Pelayanan Publik ditunda. Dulu ada dukungan kuat di sini, tapi sekarang saya punya rekan di Senat dan saya tidak bisa menyalahkan mereka atas besarnya ketertarikan Tiongkok terhadap negara kita saat ini.” kata Poe.

(Amandemen Undang-Undang Kepegawaian sedang ditunda. Sebelumnya, banyak yang mendukung tindakan tersebut, namun sekarang saya memiliki rekan-rekan di Senat yang berhati-hati dan saya tidak dapat menyalahkan mereka, karena Tiongkok memiliki banyak kepentingan di negara kita.)

Poe mencatat bahwa Tiongkok tidak hanya mempunyai kepentingan dalam industri telekomunikasi Filipina, tetapi juga dalam pengawasan.

Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah telah bermitra dengan afiliasi China Telecom dan Huawei untuk proyek Secure Philippines, sebuah sistem pengawasan dengan 12.000 kamera yang dimaksudkan sebagai “manajemen ketertiban, keamanan, dan keselamatan publik yang efektif” di negara tersebut.

Daerah percontohan proyek ini adalah Metro Manila dan kampung halaman Presiden Rodrigo Duterte di Kota Davao. (MEMBACA: Sistem pengawasan Tiongkok akan hadir di Filipina?)

Kritikus berpendapat bahwa kehadiran Tiongkok di bidang telekomunikasi dan pengawasan dapat memberikan akses terhadap informasi pribadi sensitif warga Filipina. – Rappler.com

HK Pool