Mereka segera menjadi penguasa provinsi tersebut
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia—Pemungutan suara Pilkada Serentak 2018 telah selesai pada Rabu, 27 Juni. Tidak ada kendala berarti yang dihadapi penyelenggara pemilu. Tidak ada keributan yang terdengar. Penyelenggaraan pilkada kali ini bisa dikatakan jauh lebih lancar dibandingkan pilkada serentak sebelumnya.
Berbarengan dengan pemungutan suara, sejumlah TPS mengadakan penghitungan cepat (skor cepat) untuk mengetahui siapa saja penguasa baru yang muncul dari Partai Demokrat. Meski belum keluar hasil resmi KPUD, quick score lembaga survei tetap menjadi acuan.
Mengingat hasil hitung cepat biasanya tidak jauh berbeda dengan hasil rekapitulasi suara Komisi Umum Restorasi, maka euforia kemenangan mulai muncul. Apalagi, selisih perolehan suara antara pemenang dan kandidat lainnya, khususnya pada tahapan pemilihan gubernur, cukup besar.
Jabar paling ketat
Di Indonesia bagian barat, pemilihan gubernur di Jawa Barat menjadi sorotan. Di provinsi dengan jumlah pemilih terbanyak, pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum (RINDU) dinyatakan sebagai pemenang oleh sejumlah lembaga survei. Pasangan RINDU menyingkirkan pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, Sudrajat-Ahmad Syaikhu, dan duet Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan.
Kang Emil, sapaan akrab Ganjar, dalam pidato kemenangannya mengatakan dirinya bersyukur bisa memenangkan kompetisi tersebut. Katanya, kemenangan adalah takdir Yang Maha Kuasa. Tugas kita hanya berusaha keras mewujudkan takdir yang sudah ditentukan, kata Emil di hadapan pendukungnya di Hotel Papandayan, Bandung, Rabu sore, 27 Juni 2018.
Kejutan justru datang dari pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik). Pasangan yang diusung PKS dan Gerindra berhasil memperoleh lebih dari 30% suara. Padahal, sejumlah lembaga survei sebelumnya hanya mematok selektivitas keduanya kurang dari 10%.
Dari perhitungan cepat Charta Politika misalnya, pasangan Asyik mendapat skor 30,49%. Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika, hal tersebut tidak lepas dari kekuatan mesin politik PKS dan kemampuan pasangan Asyik dalam menangani isu-isu primordial.
“Pengelolaan isu dengan mempermainkan isu-isu primal, suku, dan agama juga cukup berhasil. Bahkan di Amerika, isu SARA kerap menjadi amunisi para elite politik, kata Yunarto saat diwawancarai salah satu televisi swasta, Rabu, 27 Juni 2018.
Sementara itu, pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin di Jawa Tengah seperti diprediksi sebelumnya akan berebut kursi Jateng-1. Ganjar-Yasin yang didukung PDI-Perjuangan dan PKB mengalahkan dua Sudirman Said dan Ida Fauziyah. Performa perolehan suara Ganjar-Yasin cukup fantastis, yakni meraih hampir 60% suara.
Pemilihan gubernur di Sumut juga tidak menghasilkan kejutan berarti. Sesuai prediksi sejumlah lembaga survei sebelumnya, pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) menang mudah atas pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (DJOSS). Berdasarkan quick count yang dilakukan SMRC, pasangan Eramas memperoleh 58,88% suara.
Di wilayah tengah dan timur Indonesia, pemilihan gubernur Jawa Timur menarik perhatian masyarakat. Sempat tertinggal di papan rekor pada Januari lalu, pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak melaju kencang hingga akhirnya menyalip pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarnoputri.
Khofifah-Emil tampil gemilang
Dari hasilnya skor cepat Dari sejumlah lembaga survei, pasangan Khofifah-Emil memperoleh sekitar 52-54% suara pemilih Jatim. “Meskipun kami menang skor cepat, bukan berarti kami yang terbaik. Salam untuk saudara-saudara kita, Gus Ipul dan Mbak Puti, serta seluruh calon pasangan calon nomor urut 2, kata Khofifah saat pidato kemenangannya di Surabaya, Rabu malam, 27 Juni 2018.
Menurut pengamat politik Airlangga Pribadi, ada sejumlah faktor yang menyebabkan Khofifah-Emil unggul dari pasangan Gus-Ipul Puti dalam perolehan suara. Pertama, strategi blusukan Khofifah-Emil yang langsung menjangkau lapisan pemilih terbawah.
Kedua, faktor Emil. Menurut Airlangga, Emil mampu tampil gemilang dalam sejumlah debat resmi KPU dan menunjukkan dirinya sebagai pemimpin muda, cakap, berani, dan cerdas. Emil dinilai menjadi magnet bagi pemilih di Jatim, khususnya pemilih muda dan rasional.
Ketiga, manuver politik Gubernur Jawa Timur Soerkarwo (Pakde Karwo). Sebelum pemungutan suara, Pakde Karwo mengeluarkan surat terbuka kepada masyarakat Kawa Timur untuk memilih pasangan Khofifah-Emil dengan mempertimbangkan kapasitas calon. Basis dukungan Pakde Karwo yang masih kuat, baik dari kalangan Mataraman maupun kiai, turut menyumbang suara pada pasangan Khofifah-Emil, kata Airlangga seperti dikutip Republika.
Pada Pilgub Maluku, hasil hitung cepat LSI Denny JA pasangan nomor urut 2, Murad Ismail-Barnabas Orno, menang. Murad merupakan mantan Komandan Korps Brimob Polri. Bersama Edy di Pilgub Sumut, keduanya merupakan wakil TNI-Poltri yang memenangkan Pilgub.
Hasil yang relatif bisa diprediksi juga terjadi pada Pilgub Sulsel. Setidaknya ada lima lembaga survei yang menyatakan pasangan Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman sebagai pemenang Pilgub Sulsel.
Berdasarkan survei SMRC misalnya, pasangan Nurdin-Andi memperoleh suara hingga 43,15%. Pasangan ini mengalahkan duo Nurdin Halid-Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar (28,85%), Agus Arifin Numang-TanriBali Lamo (9,82%) dan Ichsan Yasin Limpo-Andi Muzakkar (18,18%). Hasil serupa juga dicatat oleh Indo Barometer.
—Rappler.com