Pembunuhan berkelanjutan yang dilakukan polisi di PH tetap menjadi ‘kekhawatiran serius’
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet terus mendorong ‘partisipasi yang tulus dan bermakna’ dari pihak-pihak terkait untuk mengatasi pembunuhan yang meluas.
Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Michelle Bachelet, pada Jumat, 26 Februari, menyatakan keprihatinannya atas semakin banyaknya kematian di tangan Kepolisian Nasional Filipina (PNP).
“Masih tingginya angka pembunuhan yang dilakukan polisi masih menjadi kekhawatiran serius,” katanya dalam sebuah pernyataan alamat pada sesi ke-46 Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC).
Kabar terbaru Bachelet muncul beberapa hari setelah Menteri Kehakiman Filipina Menardo Guevarra mengumumkan bahwa panel antarlembaga menemukan bahwa polisi tidak mengikuti protokol di lebih dari separuh operasi anti-narkoba yang ditinjaunya.
Panel peninjau diluncurkan pada Juni 2020 menyusul laporan pedas dari kantor Bachelet mengenai perang Duterte terhadap narkoba. Laporan tersebut menemukan bahwa kampanye utama pemerintah dilakukan tanpa proses hukum dan bahwa sistem lokal tidak cukup untuk menuntut pertanggungjawaban atas pembunuhan tersebut.
Data polisi menunjukkan bahwa, pada tanggal 31 Januari, setidaknya 6.039 tersangka pelaku narkoba telah terbunuh dalam operasi polisi. Sementara itu, kelompok hak asasi manusia memperkirakan terdapat 27.000 hingga 30.000 korban, termasuk mereka yang dibunuh oleh orang yang diduga main hakim sendiri.
Menelusuri ‘Hasil Efektif’
Pada hari Jumat, Bachelet mengatakan kantornya “bekerja dengan sejumlah mitra” untuk menerapkan resolusi UNHRC pada bulan Oktober 2020, yang menawarkan “bantuan teknis” kepada pemerintah Duterte untuk mengatasi pembunuhan yang meluas di negara tersebut.
“Program gabungan PBB mengenai hak asasi manusia sedang diselesaikan, dan saya akan terus mendorong partisipasi yang tulus dan bermakna dari semua konstituen sehingga dapat membuahkan hasil yang efektif,” katanya.
Sementara itu, kelompok hak asasi manusia berpendapat bahwa temuan panel pemerintah merupakan alasan yang cukup untuk mengakhiri perang narkoba yang penuh kekerasan.
Kampanye Duterte melawan obat-obatan terlarang kini menjadi subjek kasus di Mahkamah Agung. Investigasi Rappler menunjukkan bahwa pemerintahan Duterte mampu menggagalkan kasus tersebut dengan menyerahkan file “sampah” tentang operasi anti-narkoba polisi. Itu sudah tertunda sejak 2018.
Pengadilan Kriminal Internasional diperkirakan akan memutuskan pada paruh pertama tahun 2021 apakah akan membuka penyelidikan formal atas pembunuhan di Filipina atau tidak. – Rappler.com