• November 15, 2024

‘Agresi Tiongkok dapat ditelusuri kembali ke kebijakan Filipina yang salah arah’

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Mantan diplomat terkemuka Albert del Rosario mengatakan pemerintahan Duterte ‘berfokus pada diplomasi bilateral dan mengabaikan alat-alat lain yang bisa digunakan untuk membawa keputusan pengadilan ke tingkat berikutnya’.

Mantan Menteri Luar Negeri Albert del Rosario mengatakan tindakan agresi terbaru Tiongkok di Laut Filipina Barat, di mana penjaga pantai Tiongkok menembakkan meriam air ke kapal-kapal Filipina, dapat ditelusuri kembali ke “kebijakan yang salah” dari pemerintahan Duterte.

“Meskipun tanggapan Filipina yang memprotes tindakan Tiongkok patut dipuji, namun menyedihkan untuk dicatat bahwa agresi ini dapat ditelusuri kembali ke kebijakan Filipina yang salah arah,” kata Del Rosario dalam pernyataannya pada Kamis, 18 November.

Departemen Luar Negeri Manila pada hari Kamis memprotes tindakan tiga kapal penjaga pantai Tiongkok yang memblokir dan menggunakan meriam air terhadap kapal-kapal Filipina dalam perjalanan ke Beting Ayungin (Second Thomas). Kapal-kapal tersebut merupakan kapal pasokan yang mengantarkan makanan kepada personel militer Filipina yang ditugaskan dalam fungsi maritim.


Agresi tersebut terekam dalam video dan dibagikan kepada wartawan oleh Penasihat Keamanan Nasional Hermogenes Esperon Jr., yang mengetuai Satuan Tugas Nasional untuk Laut Filipina Barat (NTF-WPS).

NTF-WPS dan Departemen Pertahanan Nasional belum mengeluarkan pernyataan mengenai insiden tersebut.

Dalam pernyataannya, Del Rosario juga mencatat bahwa fokus pemerintahan Duterte pada diplomasi bilateral untuk mengatasi situasi dengan Tiongkok di Laut Filipina Barat tidak menguntungkan Filipina.

“Kami terutama berfokus pada diplomasi bilateral dan mengabaikan alat-alat lain yang kami miliki yang memungkinkan kami untuk membawa keputusan pengadilan ke tingkat berikutnya,” kata mantan diplomat terkemuka Filipina tersebut.

Selama masa jabatannya, Presiden Rodrigo Duterte, dalam kapasitasnya sebagai kepala arsitek kebijakan luar negeri Filipina, tidak pernah menegakkan keputusan Den Haag tahun 2016 yang mendukung klaim negara tersebut di Laut Filipina Barat. Keputusan yang sama memutuskan bahwa Ayungin Shoal adalah bagian dari landas kontinen negara tersebut, yang berarti bahwa hanya Filipina yang memiliki hak kedaulatan eksklusif atas wilayah tersebut.

Kapal Angkatan Laut Filipina BRP Sierra Madre juga telah terdampar di wilayah tersebut sejak tahun 1999 sebagai pos terdepan permanen untuk menegakkan hak kedaulatan Filipina. – Rappler.com

Live HK