• October 26, 2024
Ancaman terhadap perempuan menghalangi keterlibatan politik – PBB

Ancaman terhadap perempuan menghalangi keterlibatan politik – PBB

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

‘Demokrasi penuh membutuhkan partisipasi perempuan yang setara dalam semua prosesnya’, menurut laporan UN Women

Kekerasan dan ancaman terhadap perempuan terus menjadi penghalang bagi keterlibatan mereka dalam politik, kata organisasi kesetaraan gender PBB, meskipun lebih banyak perempuan yang memegang jabatan.

Data menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang menduduki posisi kepemimpinan politik, baik di pemerintahan maupun di parlemen, secara umum telah meningkat, meskipun beberapa wilayah seperti Timur Tengah dan Afrika Utara masih tertinggal jauh.

“Kekerasan dan ancaman yang terus berlanjut – online dan offline – terhadap para pemimpin, kandidat, dan pemilih perempuan menghancurkan potensi suara dan pengetahuan mereka untuk membawa perubahan yang sangat dibutuhkan untuk pemulihan ekonomi dan sosial,” kata Direktur Eksekutif UN Women Sima Bahou dalam pernyataannya. sebuah pernyataan. penyataan.

“Demokrasi penuh membutuhkan partisipasi perempuan yang setara dalam semua prosesnya,” tambah badan PBB itu dalam laporannya pada Selasa, 7 Maret, menjelang Hari Perempuan Internasional.

Pada tanggal 1 Januari, 17 dari 151 negara (11,3%) memiliki perempuan sebagai kepala negara (tidak termasuk sistem berbasis monarki), dan 19 dari 193 negara (9,8%) sebagai kepala pemerintahan, meningkat dibandingkan satu dekade lalu ketika angka masing-masing mencapai 5,3% dan 7,3%.

Dari semua kawasan, Eropa menempati urutan pertama dengan 16 negara yang dipimpin oleh perempuan.

Pada 1 Januari, perempuan merupakan 22,8% anggota kabinet di seluruh dunia.

Persentase tertinggi terjadi di Eropa dan Amerika Utara, disusul Amerika Selatan dan Karibia. Keterwakilan perempuan paling rendah terjadi di Asia Tengah dan Selatan serta Kepulauan Pasifik (tidak termasuk Australia dan Selandia Baru), dimana tidak ada perempuan dalam kabinet di sembilan negara.

Data organisasi tersebut juga menunjukkan bahwa rata-rata jumlah perempuan global di parlemen nasional meningkat menjadi 26,5% pada 1 Januari, dari 25,5% pada tahun lalu.

Data dari kantor statistik Uni Eropa yang diterbitkan pada hari Rabu 8 Maret menunjukkan bahwa perempuan di seluruh UE memegang 32,7% dari seluruh kursi parlemen pada bulan Juli 2022, sementara di negara-negara lain di dunia, Rwanda, Kuba, dan Nikaragua memiliki lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki di parlemen.

Wilayah yang mencakup Timur Tengah dan Afrika Utara tetap berada di peringkat terbawah regional dengan kurang dari 18% anggota parlemen perempuan, menurut data UN Women. – Rappler.com

Hongkong Prize