Badan hak asasi manusia PBB menyerukan akses yang adil dan terjangkau terhadap vaksin COVID-19
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Pada pertemuan WTO terbaru awal bulan ini, anggota yang lebih kaya memblokir dorongan lebih dari 80 negara berkembang untuk melepaskan hak paten dalam upaya meningkatkan produksi vaksin COVID-19 untuk negara-negara miskin.
Pada hari Selasa, 23 Maret, Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi resolusi yang menyerukan akses yang adil, terjangkau, dan harga vaksin COVID-19 yang adil.
Teks tersebut, yang didukung oleh lebih dari 130 negara dan diadopsi melalui konsensus di forum Jenewa, menegaskan hak negara untuk menggunakan fleksibilitas dalam peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang ada mengenai kekayaan intelektual untuk vaksin COVID-19.
“UE menyambut baik bahwa hari ini Dewan dapat berbicara dengan satu suara mengenai masalah akses vaksin yang adil, terjangkau, tepat waktu dan universal,” kata duta besar Austria Elisabeth Tichy-Fisslberger atas nama Uni Eropa.
Tiongkok juga mendukung resolusi yang diajukan oleh Ekuador dan Gerakan Non-Blok. Inggris menjelaskan bahwa segala tindakan yang diambil harus sesuai dengan hukum internasional, namun tetap mengikuti konsensus. Amerika Serikat, yang berstatus pengamat, tidak ikut mensponsori naskah tersebut.
India dan Afrika Selatan telah mengajukan proposal ke WTO untuk mengesampingkan aturan paten selama pandemi agar produsen obat generik dan lainnya dapat memproduksi vaksin COVID-19.
Delegasi India menyambut baik dukungan terhadap pengecualian khusus COVID-19 dari apa yang disebut perjanjian TRIPS WTO, dengan mengatakan: “Kami percaya bahwa semua alat untuk memerangi pandemi seperti vaksin adalah barang publik global.”
“Pertemuan para diplomat di Dewan TRIPS Organisasi Perdagangan Dunia besok (Rabu) untuk mempertimbangkan proposal India dan Afrika Selatan untuk mengesampingkan hak kekayaan intelektual harus mengikuti langkah tersebut, membangun konsensus, mengakui urgensi situasi dan mengambil tindakan segera untuk menyetujui proposal pelepasan tersebut. ,” kata John Fisher dari Human Rights Watch dalam sebuah pernyataan.
Namun peluang terjadinya terobosan mendadak di WTO nampaknya kecil, kata para pengamat.
Pada pertemuan WTO terbaru awal bulan ini, anggota yang lebih kaya memblokir dorongan lebih dari 80 negara berkembang untuk melepaskan hak paten dalam upaya meningkatkan produksi vaksin COVID-19 untuk negara-negara miskin. – Rappler.com