• November 25, 2024

Bermain air di enam telaga alami Kedung Pedut

Tahun ini, Rappler Indonesia meluncurkan proyek perjalanan yang akan memberikan rekomendasi akurat mengenai destinasi wisata yang tidak biasa dan kurang dikenal di seluruh nusantara. Kami akan menampilkan satu lokasi berbeda setiap bulan

KULON PROGO, Indonesia — Wisata air Kedung Pedut di Dukuh Kembang, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi destinasi wisata baru di Yogyakarta dalam dua tahun terakhir.

Kedung Pedut yang artinya kolam berkabut ini menawarkan enam telaga dengan mata air alami yang dikelilingi air terjun. Kesegaran Danau Kedung Pedut tersembunyi di balik rimbunnya pohon beringin, gayam, dan bambu.

Di sini pengunjung bisa bermain air bersama ikan dengan memilih kedalaman danau yang bervariasi antara 0,5 meter hingga 4 meter. Tempat wisata ini buka sepanjang tahun karena sumber mata air alaminya tidak pernah kering hingga saat ini. Pertanyaan tempat photo Objek wisata alam ini menawarkan keindahan berupa pepohonan, formasi batuan, danau yang jernih dan berbagai fasilitas buatan seperti jembatan atau gazebo unik yang terbuat dari kayu dan bambu.

“Kedung Pedut karena air terjunnya jatuh ke danau saat musim hujan sehingga menghasilkan percikan air yang mirip pedut atau kabut,” jelas Sarija, pionir wisata Kedung Pedut, Minggu, 24 Januari 2018.

Nama Kedung Pedut diberikan untuk danau terluas dan terdalam yang terletak di dasar objek wisata alam Kedung Pedut. Lima telaga lainnya akan menjadi daya tarik dan godaan bagi pengunjung untuk langsung bermain air sebelum tiba di Kedung Pedut.

Bagaimana menuju ke sana

Wisata Kedung Pedut mudah dijangkau melalui jalan darat. Jika berangkat dari dalam kota, jalur terdekat menuju Kulon Progo adalah melalui Jalan Godean, Jalan Kiskendo, Grojogan Mudal, Air Terjun Kembang Soka hingga tiba di Kedung Pedut. Gerojogan Mudal dan Air Terjun Kembang Soka menjadi tempat wisata baru yang muncul tak lama setelah Kedung Pedut dibuka.

Setidaknya ada 16 tempat wisata air, sungai, dan gua di sekitar Kedung Pedut. Jalur ini memiliki kondisi jalan yang tergolong sangat mulus dan lebar dengan kontur turunan, tanjakan, dan tikungan tajam.

Selain jalur tersebut, pengunjung juga bisa mencoba jalur yang lebih menantang dengan berkendara melalui Sentolo-Girimulyo hingga tiba di Kedung Pedut. Jalur ini memiliki kontur jalan yang lebih ekstrim dengan tikungan, turunan dan tanjakan tajam serta kondisi aspal tidak rata di beberapa titik dan jalan relatif sempit. Pemandangan hutan jati menjadi nilai plus dari jalur alternatif yang cukup menguji keberanian dan kemampuan berkendara Anda ini.

Dua jalur tersebut dapat digunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Truk-truk berukuran besar pun sering terlihat di jalur ini, terutama jalur pertama yang jalanannya lebih mulus dan lebar. Rata-rata waktu yang dibutuhkan mencapai 90 menit jika berkendara dari dalam kota dan dengan kondisi arus lancar tanpa kemacetan.

Jika ingin menggunakan jasa angkutan umum, pengunjung bisa naik bus dari Yogyakarta menuju Wates yang berhenti di Sentolo, atau menyusuri jalur Yogyakarta menuju Kenteng melalui Jalan Godean. Dari sini pengunjung dapat melanjutkan perjalanan jauh dengan layanan ojek atau jeep wisata yang disediakan oleh pengemudi.

Rencana perjalanan

Berkendara menuju Kedung Pedut membutuhkan kendaraan dan ban yang dalam kondisi prima. Rem yang baik, klakson, dan lampu high beam penting digunakan pada kontur jalan yang terdiri dari tanjakan, turunan, dan tikungan tajam. Jalur pertama dinilai baik dengan fasilitas jalan yang lengkap termasuk marka jalan dan penerangan jalan.

Pada jalur kedua jalan lebih menantang dengan areal lebih sempit, aspal rusak di beberapa titik. Pastikan Anda berkendara sebelum senja jika melewati jalur ini karena minimnya penerangan jalan.

Jika berangkat dengan perut kenyang, akan lebih mudah fokus berkendara tanpa perlu khawatir mencari tempat makan jika merasa lapar. Namun banyak warung soto enak dengan harga mulai dari Rp 8.000 per mangkuk di sepanjang jalan Godean-Sentolo, atau Godean-Kulonprogo.

Siapkan baju renang atau pakaian selam ringan jika Anda akan memakainya di luar air. Sebab jika ingin mandi di keenam telaga tersebut, pengunjung harus berjalan menaiki tanjakan dan tanjakan dengan kendaraan untuk berpindah dari satu telaga ke telaga lainnya. Persiapkan juga diri Anda dalam kondisi fisik yang baik karena jalur menanjak dan menurun sepanjang 300 meter cukup membuat Anda takjub. Jika tubuh sehat, aktivitas mandi di enam telaga tersebut tentunya juga akan semakin seru.

Selain itu, dalam perjalanan ini akan sangat berguna jika membawa kamera atau pelindung perangkat tahan air. Ada banyak spot foto di dalam air yang bisa dijelajahi. Seperti berenang bersama ikan atau berudu.

Tempat alam dengan beberapa gazebo juga menjadi tempat yang tepat untuk beristirahat bersama keluarga seperti piknik lengkap dengan bekal bekal dari rumah. Anda tidak perlu khawatir mencari tempat untuk meninggalkan perbekalan dan barang bawaan Anda saat menjelajahi wahana. Terdapat loker yang disewakan untuk menyimpan barang dengan tarif Rp 5000. Letaknya di tengah perjalanan sehingga tidak terlalu jauh dari lokasi danau.

Kegiatan liburan yang direkomendasikan

Petualangan di Kedung Pedut akan dimulai setelah pengunjung melewati pintu masuk. Pengunjung akan menyusuri jalan setapak yang terbuat dari bebatuan, bebatuan sungai, dan struktur bambu sebagai jembatan atau jalan setapak di tepian danau. Setelah berjalan menuruni bukit sejauh 100 meter, pengunjung akan menemukan Kedung Merak sebagai telaga pertama di kawasan tersebut.

Kedung Merak terdiri dari dua kedung yang dihubungkan dan dipisahkan oleh air terjun yang landai dengan jembatan bambu diantara kedua kedung tersebut. Di kedung ini Anda akan melihat tangga air terjun dengan stalaktit yang menggantung di tepian kedung merak. Di sini pengunjung bisa menikmati segarnya air danau dengan kanopi pohon bambu di sekelilingnya.

Bermainlah dengan ikan-ikan dari mata air alami yang mengalir deras menuju air terjun. “Dinamakan Merak Kedung karena di sana tumbuh batu seperti gua serak atau dekat atap dan alasnya,” kata Sarija, pionir wisata Kedung Pedut. Rasakan sensasi terapi dengan ikan-ikan yang menggelitik kaki Anda saat berenang di telaga ini.

Di lokasi ini, pengunjung kerap terlihat menggunakan susunan batu di pinggir danau sebagai papan loncat alami sebelum terjun ke danau berwarna biru kehijauan.

Selanjutnya pengunjung bisa berkeliling hingga bertemu dengan danau ketiga. Airnya berasal dari air terjun setinggi tiga meter yang mengalirkan air dari Kedung Merak. Namun pengunjung juga bisa langsung menyusuri jalan setapak, menuju kedung keempat yang berada di sebelah kedung utama, yaitu Kedung Pedut tepat di bawah kedung ketiga.

Di dataran yang sama juga terdapat kedung keenam lengkap dengan air terjun yang mengalirkan air dari kedung ketiga di atasnya. Letaknya tersembunyi di balik tebing di sisi kiri Kedung Pedut.

Di kawasan inilah Pusat Wisata Kedung Pedut berada. Danau ini memiliki kedalaman empat meter, dilengkapi dengan papan loncat, jaket pelampung, dan kerangka helikopter tiruan. Tepat di atas Kedung Pedut tergantung tali kokoh yang bisa digunakan pengunjung untuk menguji nyali dengan bermain skating rubah terbang.

BERMAIN.  Terlihat anak-anak bermain di kawasan Kedung Pedut.  Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

Jika Anda mengunjungi objek wisata ini, pastikan Anda mencoba bermain air di enam danau tersebut. Sebab setiap danau mempunyai kedalaman yang berbeda-beda. Kedung Pedut merupakan danau terdalam yang mencapai 4 meter. Birunya air di Kedung Pedut seolah menjadi jaminan bahwa airnya akan sangat dingin.

Namun jangan mudah tertipu. Setiap danau mempunyai sensasi yang berbeda-beda. Mulai dari air tawar, ikan, berudu dan biota air lainnya yang ada di danau hingga air terjun yang menjadi bagian dari danau dalam wahana Kedung Pedut.

Sembari bermain, pengunjung tidak perlu khawatir dengan keamanan dan keselamatan saat berenang di danau. Selama pengunjung tetap menjaga perilakunya, aliran air di danau yang turun menjadi air terjun tidak akan menarik pengunjung. Air terjun yang bersumber dari mata air alami ini tidak pernah berubah menjadi banjir saat musim hujan.

“Kami memasang tirai bambu dan kayu di sekitar air terjun untuk melindungi pengunjung. “Masing-masing danau juga diawasi dua orang penjaga,” lanjutnya.

Rekomendasi kuliner

Terdapat sejumlah warung milik ibu-ibu setempat untuk memuaskan rasa lapar usai mandi di enam danau tersebut. Menunya terdiri dari aneka mie instan, bihun, jajanan mendoan dan Kehebohan PUTIH yaitu kue khas warga sekitar, hingga pentol pentol yang dijual dengan harga umum. Harga mie gorengnya Rp 5.000 per mangkuk, dan tambahan Rp 1.000 untuk lauk tambahan telur ayam.

Aneka gorengan dan Kehebohan PUTIH juga dijual dengan harga yang bahkan lebih murah dibandingkan harga di Kota Yogyakarta yaitu Rp 500 per braai.

Jika beruntung, pedagang tak segan-segan menyajikan kue buatan sendiri atau buah jeruk khas yang dipanen di ladangnya sebagai bonus gratis bagi pengunjung yang mampir ke kiosnya. Ada pula kopi dan gula aren produksi warga desa setempat yang dikemas secara modern sebagai alternatif oleh-oleh untuk dibawa pulang. Harganya Rp 8.000 untuk secangkir kopi yang diminum di tempat, atau Rp 25 ribu masing-masing untuk sekantong kopi dan gula aren kemasan.

Di sepanjang jalur pulang pergi banyak terdapat warung soto ayam dan sapi dengan harga mulai dari Rp 8.000 per mangkuk.

Tempat foto favorit

Dorongan alam ini tentu mempunyai variasi tempat foto yang bisa dieksplorasi mengikuti kreatifitas sang fotografer. Setidaknya modal alam seperti danau jernih dengan warna hijau cerah dan biru seperti kaca kontras dengan bebatuan atau pepohonan berwarna putih, hitam, dan berbagai fasilitas berbahan kayu bisa menjadi bahan yang bagus untuk berfoto. Tempat jadi tersebar di enam danau.

Khusus di Kedung Merak, pengunjung akan menemukan bebatuan stalaktit di tepian telaga yang rimbun dan dikelilingi pepohonan.

Jika ingin melihat warna air telaga yang berbeda-beda, ada baiknya jika membidik Kedung Pedut dari atas. Pengunjung dapat memanfaatkan spot foto yang ada di sekitar tempat tersebut rubah terbang akhir untuk mendapatkan tampilan lengkap Kedung Pedut sebagai kedung utama dari atas.

Sepanjang jalur perjalanan, khususnya jalur pertama, pengunjung dapat menikmati hamparan sawah dan perkebunan tebu yang luas sebagai pemandangan yang tak kalah menawan. Gradasi warna langit serta tampilan matahari terbenam di balik perbukitan saat senja bisa menjadi pemandangan menarik dan kontras dengan hijaunya persawahan di perjalanan.

Penulis berkendara selama kurang lebih 90 menit, berhenti di berbagai titik untuk mengabadikan pemandangan yang menawan.

Pada rute kedua Anda bisa menikmati pemandangan perkebunan jati yang rindang di sepanjang jalan.

Anggaran

Berwisata ke Kedung Pedut tidak akan membuat kantong mahasiswa bangkrut. Jika Anda mengendarai sepeda motor matik Konsumsi bahan bakarnya tidak lebih dari 3 liter untuk pulang pergi. Tiket masuk dibandrol dengan harga Rp 10 ribu per orang di loket masuk Kedung Pedut. Pengeluaran lainnya adalah untuk toilet dengan dana sukarela. Ada wahana rubah terbang dengan tarif Rp 20 ribu per orang.

—Rappler.com

Togel SDY