• October 23, 2024

Dibalik Tragedi Tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba

JAKARTA, Indonesia – Di tengah kemeriahan perayaan Idul Fitri tahun ini, sebuah tragedi menimpa kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. Kapal motor penumpang bernama Sinar Bangun diketahui tenggelam saat beroperasi dan membawa ratusan penumpang.

Kapan kejadian itu terjadi?

Angkutan penyeberangan yang setiap hari mengangkut barang dan penumpang bernama KM Sinar Bangun ditemukan terbalik sekitar pukul 17.15 WIB pada Senin, 18 Juni.

KM Sinar Bangun diketahui berangkat dari Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun menuju Pelabuhan Simanindi di Kabupaten Samosir.

Berapa banyak penumpang dan kargo di dalamnya?

Belum ada informasi resmi mengenai jumlah penumpang dan barang yang diangkut KM Sinar Bangun saat kecelakaan terjadi. Jumlah penumpang dan barang tidak terdata dengan baik karena manifes penumpang tidak jelas.

Bahkan, kabarnya banyak penumpang yang menaiki kapal tersebut tanpa memiliki tiket. Berdasarkan informasi yang dilansir AFP, ada dugaan kapal kayu ini beroperasi tanpa izin.

Berapa banyak korban dalam kecelakaan ini?

Hingga Kamis, 21 Juni, berdasarkan informasi Basarnas, masih ada 193 orang yang diduga hilang. Jumlah tersebut cukup fantastis bahkan mencapai tiga kali lipat dari perkiraan awal. Angka tersebut kemungkinan akan terus berubah karena belum ada yang mengetahui secara pasti berapa jumlah penumpang yang berada di dalam kapal saat kecelakaan terjadi.

Sebelumnya, pesta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan ada sekitar 80 orang di dalam KM Sinar Bangun beserta puluhan sepeda motor saat kapal terbalik lalu tenggelam.

Namun Basarnas dan polisi kemudian menyebut ada 192 orang yang hilang. Angka tersebut diperoleh dari keterangan anggota keluarga dan kerabat korban yang mengaku keluarganya berada di dalam KM Sinar Bangun.

“Tetapi karena banyak yang tidak memiliki tiket, tidak jelas berapa banyak orang yang berada di dalam pesawat pada saat itu.” Muhammad Syaugi, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) mengatakan kepada AFP.

Hingga Selasa, 3 Juli, pihak berwenang resmi merilis jumlah korban hilang sebanyak 164 orang, termasuk 3 orang anaknya. Sedangkan 3 penumpang lainnya dinyatakan meninggal dunia dan 21 orang selamat dalam tragedi tersebut.

Berapa lama pencarian korban?

Menurut Basarnas, pencarian korban akan dilakukan setidaknya selama seminggu ke depan, mengingat luas dan dalamnya Danau Toba. Danau Toba sendiri merupakan salah satu laut terdalam dan terluas di dunia. Luas wilayahnya tercatat sekitar 1.145 kilometer persegi.

Basarnas juga menyatakan telah mengerahkan sekitar 400 personel untuk mencari korban yang masih belum diketahui nasibnya.

Hingga Kamis, 28 Juni, Basarnas memastikan memperpanjang waktu pencarian korban dan kapal KM Sinar Bangun hingga Sabtu, 30 Juni. Selain memasang peralatan canggih di KM Dosroha, Basarnas juga menggunakan dua jaring pukat yang terletak di KMP Sumut I dan KMP Sumut II.

Apa yang menenggelamkan kapal itu?

Berdasarkan keterangan korban selamat, saat berlayar KM Sinar Bangun kondisi cuaca kurang baik. Gelombang besar terlihat di dekat kapal saat berlayar setengah jalan. Durasi perjalanan dengan kapal ini seharusnya sekitar 40 menit.

Meski begitu, hingga saat ini belum ada keterangan resmi mengenai penyebab KM Sinar Bangun terbalik lalu tenggelam.

Bagaimana reaksi keluarga korban?

“Kami akan tetap di sini sampai mereka menemukan jenazah saudara saya,” kata Nurhayati kepada AFP. Nurhayati merupakan satu dari ratusan warga sekitar Danau Toba yang cemas menunggu kepastian nasib anggota keluarganya.

Kami hanya ingin melihat jenazahnya dan membawanya pulang. tambah Nurhayati.

Sementara itu, Suwarni tampak diliputi duka mendalam. Hingga saat ini, dia masih belum mengetahui secara jelas apa yang menimpa anak dan tunangannya yang diyakini berada di dalam KM Sinar Bangun tersebut.

“Mengapa tim SAR lambat sekali? Saya kecewa karena tidak ada kemajuan. Kembalikan anak saya,” kata wanita berusia 55 tahun itu kepada AFP.

Jadianto Nainggolan pun merasakan perasaan Nurhayati dan Suwarni. Pria berusia 40 tahun ini sedang mencari kabar dan kepastian nasib puluhan anggota keluarganya yang menjadi penumpang KM Sinar Bangun, termasuk salah satunya, sepupunya yang berusia 3 tahun.

Jadianto menunjukkan foto anggota keluarganya kepada AFP sebelum mereka naik ke kapal, dengan harapan semuanya bisa ditemukan. “Kami berharap kepada tim SAR. Tapi menurut saya mereka (tim SAR) tidak melakukan yang terbaik. Tampaknya ada lebih banyak personel SAR di pelabuhan dibandingkan di danau. “Sebenarnya pasti banyak orang yang terjebak di kapal,” ujarnya.

Apakah polisi menetapkan tersangka sebagai pelaku?

Pada Kamis, 21 Juni, nakhoda sekaligus pemilik KM Sinar Bangun, Tua Sagala, diamankan polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut terkait musibah tersebut. Tua termasuk di antara 18 orang yang berhasil selamat dari tenggelamnya KM Sinar Bangun, Senin 18 Juni.

“Kapten kapal sekarang bersama polisi. Tapi kami belum bisa memeriksanya, karena kondisinya masih trauma, kata Yusri Yunus, Kepala Unit Penerangan (Kabag Pensat) Divisi Humas Polri.

Sedangkan hingga 25 Juni, sudah ada 4 orang yang ditetapkan sebagai tersangka, yakni nakhoda kapal dan tiga perwira senior di pelabuhan Simanindo. Ketiga orang ini harusnya diberi tugas memantau dan memeriksa kelaikan laut kapal, kata Kapolri Tito Karnavian, Senin, 25 Juni di Mabes Polri.

Bagaimana proses evakuasinya?

Menurut Kepala Basarnas M. Syaugi, pihaknya menggunakan alat tersebut pemindaian sonar untuk mendeteksi keberadaan KM Sinar Bangun. Dan pada Minggu, 24 Juni, instrumen tersebut disebut telah mendeteksi suatu objek di kedalaman sekitar 450 meter di Danau Toba. Berdasarkan analisa lebih lanjut, ukuran benda ini kurang lebih 20×5 meter.

Meski begitu, masih belum diketahui secara pasti apakah objek yang terdeteksi itu benar-benar KM Sinar Bangun atau bukan dan masih harus menunggu penelitian lebih lanjut. Bentuk siluetnya benar-benar mirip kapal, kata Syaugi.

Basarnas sendiri telah mengerahkan sekitar 17 hingga 20 kapal untuk melakukan proses evakuasi tenggelamnya KM Sinar Bangun.

Pada Kamis 28 Juni, tepat 11 hari setelah dilakukan penggeledahan, Basarnas akhirnya menemukan titik terang. Alat bernama Remote Operated Vehicle (ROV) di KM Dosroha dikabarkan mengambil gambar korban penumpang di KM Sinar Bangun. Dari keterangan resmi Basarnas, juga terlihat foto sepeda motor yang diduga tenggelam saat kejadian. Benda tersebut diketahui berada di kedalaman 450 meter.

Penemuan itu dibenarkan Kepala Basarnas, Marsekal TNI M. Syaugi melalui beberapa foto yang dirilis. “Jadi kita tegas “Dengan ROV, objek-objek tersebut bisa dilihat dari KM Sinar Bangun VI,” kata Syaugi dalam siaran pers yang dirilis Basarnas.

SEPEDA MOTOR.  Foto sepeda motor tenggelam yang berhasil direkam Basarnas dengan ROV di lokasi tenggelamnya KM Sinar Bangun.  Foto Basarnas

SILHOUET KORBAN.  Foto yang memperlihatkan dugaan jenazah korban tenggelamnya KM Sinar Bangun.  Foto Basarnas

Setelah memastikan penemuan benda tersebut, langkah selanjutnya yang dilakukan Basarnas adalah mencari cara untuk mengangkat dan mengevakuasi korban.

Namun pada Senin, 2 Juli, seluruh instansi pemerintah yang terlibat dalam proses evakuasi sepakat untuk secara resmi menghentikan pencarian korban tenggelamnya KM Sinar Bangun.

Alasan utama terhentinya proses pencarian dan evakuasi adalah karena kondisi Danau Toba yang tidak memungkinkan. Pada hari Senin juga, pihak berwenang bertemu langsung dengan keluarga korban untuk menyampaikan dan menjelaskan keputusan penghentian penggeledahan.

Keluarga korban sebagian besar mengaku menerima keputusan pemerintah, meski tak sedikit pula yang tetap menginginkan penggeledahan tetap dilakukan.

—dengan laporan oleh AFP/Rappler.com

Pengeluaran SDYKeluaran SDYTogel SDY