Filipina memblokir orang-orang di internet karena pandangan politik – wadah pemikir AS
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Namun Filipina juga merupakan negara yang ‘paling mudah’ untuk mendiskusikan politik baik secara offline maupun online di antara 11 negara berkembang yang disurvei
MANILA, Filipina – Masyarakat Filipina mungkin merasa “nyaman” mendiskusikan politik di media sosial, namun mereka juga memblokir seseorang karena pandangan politik mereka, demikian temuan studi baru yang dilakukan oleh Pew Research Center.
Survei Teknologi Seluler dan Dampak Sosialnya pada tahun 2018 menunjukkan bahwa Filipina mendapat skor tertinggi dari 11 negara berkembang di mana pengguna media sosial memblokir seseorang secara online karena politik.
Lembaga pemikir yang berbasis di Amerika Serikat membebaskan hasil survei tersebut pada Senin, 13 Mei, yang bertepatan dengan pemilu sela di Filipina.
Sebanyak 42% pengguna media sosial di Filipina telah memblokir seseorang tentang politik mereka, sementara 57% belum.
Diikuti oleh Kenya, di mana 39% pengguna memblokir seseorang karena pandangan politik, Lebanon dengan 37%, dan Vietnam dengan 36%.
Namun, penelitian yang sama juga menunjukkan bahwa Filipina menduduki peringkat teratas di antara 10 negara lainnya dalam hal kenyamanan berbicara tentang politik, baik secara offline maupun online.
Sebanyak 81% responden di Filipina mengatakan mereka “nyaman” berbicara tentang politik secara langsung, sementara hanya 18% yang tidak setuju. Tren yang sama juga terjadi di Lebanon, Vietnam dan Kenya, di mana sekitar 3/4 atau lebih responden mengatakan mereka bersedia berbicara mengenai politik secara langsung.
Pew Research Center juga menemukan bahwa orang-orang yang merasa nyaman membicarakan politik percaya bahwa diskusi ini memainkan peran yang “sangat penting” dalam membantu mereka tetap mendapat informasi tentang politik dan perkembangan lain di dunia.
“Mereka juga lebih cenderung mempercayai berita dan informasi yang mereka peroleh dari diskusi tatap muka tersebut,” ujar Pew Research Center.
Terkait diskusi politik online, 45% pengguna ponsel dewasa di Filipina “agak nyaman” berpartisipasi dalam diskusi ini, sementara 27% mengatakan mereka “sangat nyaman”. Hanya 20% yang mengatakan mereka “tidak terlalu nyaman” berbicara tentang politik secara online, sementara 8% mengatakan mereka “sama sekali tidak nyaman” dengan hal tersebut.
Studi yang sama menunjukkan bahwa penduduk di 11 negara yang disurvei terpapar informasi palsu secara online.
Sebanyak 68% penduduk Filipina pernah melihat konten online yang jelas-jelas palsu, menempatkan Filipina di peringkat ke-6 di belakang Tunisia yang memiliki 78%, Lebanon dengan 76%, Vietnam dengan 72%, Yordania dengan 71%, dan Afrika Selatan dengan 69. %. (BACA: Negara-negara berkembang mengejar adopsi ponsel cerdas – survei)
Hasil survei Pew Research Center adalah berdasarkan wawancara tatap muka dilakukan dari bulan September hingga Desember 2018 di antara 28.122 penduduk di 11 negara. Sebanyak 2.487 orang dewasa Filipina disurvei. – Rappler.com