Gajah Filipina dan Indonesia
- keren989
- 0
Indonesia memiliki dua subspesies gajah Asia: gajah Sumatera dan Kalimantan, yang terakhir memiliki kerabat prasejarah di Mindanao
CAGAYAN DE ORO CITY, Filipina – Nenek moyang prasejarah salah satu gajah Asia di Indonesia pernah menghuni Filipina bagian selatan.
Indonesia memiliki dua subspesies gajah Asia: gajah Sumatera dan Kalimantan, yang terakhir memiliki kerabat prasejarah di Mindanao.
Museo de Oro dari Universitas Xavier-Ateneo de Cagayan memamerkan fosil tulang Stegodon, nenek moyang gajah yang hidup sekitar 11,6 juta tahun lalu hingga akhir periode Pleistosen. Ditemukan di Asia dan Afrika ketika lebih umum dibandingkan gajah Asia.
Museum Nasional mengkonfirmasi temuan tersebut dan mengidentifikasinya sebagai Stegodon Mindanensis, kata Luis Ostique, petugas operasi dan administrasi Museum de Oro.
Fosil tersebut antara lain beberapa potongan gading, potongan tulang rusuk, dan pecahan tulang kaki, kata Ostique.
Fosil tersebut ditemukan di Barangay Sinai, Laguindingan, Misamis Oriental, sekitar 30 kilometer dari Cagayan de Oro
Selain Stegodon, gajah kerdil juga diyakini pernah hidup di Filipina pada masa Pleistosen, tepatnya di Luzon dan Panay, dan Stegodon diyakini masuk ke Mindanao bersama mamalia prasejarah lainnya melalui jembatan darat yang disebut Paparan Sunda. dan migrasi ke utara.
Namun gajah Stegodon dan gajah kerdil akhirnya punah, dan baru kemudian gajah ditemukan kembali di Mindanao ketika gajah Kalimantan disumbangkan oleh Kesultanan Jawa kepada sultan Sulu dan Maguindanao.
Gajah terdiri dari tiga spesies hidup dan merupakan hewan darat terbesar yang masih hidup. Salah satu spesiesnya, gajah Asia – subspesies yang tidak diketahui seperti yang ada di Sabah – pernah hidup di Kesultanan Sulu dan Maguindanao. Mereka punah di wilayah tersebut karena perburuan, dan banyak yang dibawa kembali ke Sabah.
Dua dari empat subspesies gajah Asia ditemukan di Indonesia. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) hanya ditemukan di pulau Sumatera dan awalnya dianggap sebagai gajah terkecil di Asia.
Namun pada tahun 2005, diketahui bahwa gajah Kalimantan atau kerdil (Elephas maximus borneensis) merupakan spesies yang berbeda dengan yang ditemukan di benua Asia.
Subspesies Kalimantan ditemukan di provinsi Kalimantan, Indonesia, yang berbagi pulau yang sama dengan Kalimantan.
Menurut salah satu cerita, sekitar tahun 1395, Raja Jawa menghadiahkan dua ekor gajah Kalimantan kepada Raja Baguinda.
Rajah Baguinda Ali, juga dikenal sebagai Rajah Baginda Ali, Rajah Baginda, Raha Baguinda, atau Rajah Baguinda, adalah seorang pangeran dari kerajaan Minangkabau di Sumatra, Indonesia bernama Pagaruyung. Ia merupakan pemimpin negara pembentuk di Sulu, Filipina, yang kemudian menjadi Kesultanan Sulu.
Pada masa itu, gajah merupakan hadiah yang pantas diberikan oleh penguasa kepada penguasa lain atau orang berkedudukan tinggi, dan sudah menjadi kebiasaan untuk mengangkutnya melalui laut.
Kesultanan Sulu menjalin hubungan damai dengan Kesultanan Hindu di Jawa, dan sebagai tanda penghargaan para penguasa Jawa mengirimkan gajah mereka ke Kesultanan Sulu dan Maguindanao, dan sisa-sisa kerangka gajah kecil kemudian ditemukan di wilayah terakhir di Kesultanan Sulu. pulau utama Mindanao.
Ceritanya, karena kurangnya lahan yang ideal untuk habitatnya, gajah-gajah tersebut dikirim oleh Sultan Sulu ke timur laut Kalimantan untuk membantu mengangkut kayu gelondongan yang digunakan dalam pembangunan kapal layar mereka. Sebagian besar gajah yang melayani pembuat kapal dan pedagang Sulu kemudian dilepaskan ke hutan Kalimantan dan menjadi nenek moyang populasi liar di ujung barat Kalimantan di provinsi Kalimantan, Indonesia.
Versi lain menceritakan bahwa gajah-gajah tersebut dipersembahkan kepada Sultan Sulu oleh East India Company pada tahun 1750 dan kemudian dilepasliarkan di Kalimantan Utara. Kisah selanjutnya menceritakan tentang populasi gajah liar yang ada di Jolo pada masa pra-Hispanik, yang merupakan keturunan dari dua ekor gajah yang diberikan kepada Raja Baguinda, namun akhirnya punah pada tahun 1850.
Yang pasti kedatangan gajah di kawasan Kalimantan bagian utara ini bertepatan dengan masa pemerintahan Sultan Sulu atas Sabah. Di sinilah memang terdapat kaitan sejarah antara gajah Kalimantan dan Kesultanan Sulu di Filipina Selatan. – Rappler.com