• September 20, 2024

Kantor hak asasi manusia PBB menyerukan penghentian segera penjualan senjata ke Myanmar

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

“Komunitas internasional harus mengambil semua langkah yang mereka bisa untuk mendukung rakyat Myanmar dan menjawab seruan isolasi finansial militer,” kata kantor hak asasi manusia PBB.

Negara-negara harus berbuat lebih banyak untuk mencegah pendapatan dan senjata mencapai militer di Myanmar yang berkuasa dengan menindas dan meneror rakyatnya, kata kantor hak asasi manusia PBB pada Jumat (16 September).

Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta awal tahun lalu, dimana militer memerangi gerakan perlawanan pro-demokrasi dan menangkap ribuan penentangnya, sementara mereka berjuang untuk mengelola perekonomian yang diguncang oleh pergolakan domestik dan global.

PBB menuduh junta melakukan pembunuhan massal dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Dikatakan bahwa mereka memerangi “teroris” yang bertekad merugikan negara.

Dalam laporan hari Jumat, kantor tersebut menyerukan isolasi lebih lanjut terhadap militer, dengan mengatakan bahwa militer telah gagal mengatur negara dengan cara yang berarti dan berkelanjutan, atau dalam menyelesaikan “krisis besar di sektor keuangan”.

Laporan tersebut merekomendasikan agar anggota PBB memberlakukan larangan penjualan senjata dan memberikan sanksi yang ditargetkan untuk mencegah jaringan bisnis militer mengakses mata uang asing.

“Komunitas internasional harus mengambil semua langkah yang mereka bisa untuk mendukung rakyat Myanmar dan menjawab seruan isolasi finansial militer,” katanya.

“Tindakan cepat yang terkoordinasi harus dipertimbangkan untuk mengurangi tindakan mengelak yang bersifat pre-emptive.”

Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi luas terhadap Myanmar, namun perdagangan dengan negara tetangga terus berlanjut dan beberapa negara terus memasok alutsista ke junta.

Meskipun Tiongkok telah mendesak diakhirinya permusuhan, Rusia telah menjadi sekutu diplomatik terdekat para jenderal dan menjadi tuan rumah bagi pemimpin junta sebanyak tiga kali sejak kudeta.

Menurut laporan tersebut, Rusia memasok jet tempur dan kendaraan lapis baja ke Myanmar, Tiongkok mengirimkan pesawat tempur dan angkut, Serbia menyediakan roket dan peluru artileri, dan India menyediakan stasiun antipesawat jarak jauh.

Dalam pernyataan terpisah, pakar independen PBB mengenai Myanmar Mary Lawlor dan Tom Andrews menyerukan dukungan bagi pembela hak asasi manusia Myanmar yang mendokumentasikan kekejaman militer, dan mendesak diakhirinya apa yang mereka sebut sebagai “ketidakpedulian internasional”. – Rappler.com

judi bola online