Kebakaran penjara di Indonesia menewaskan 41 orang di blok yang penuh sesak hingga lebih dari 3 kali kapasitasnya
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
(PEMBARUAN Pertama) Rika Aprianti, juru bicara departemen penjara kementerian, mengatakan 122 orang ditahan karena pelanggaran terkait narkoba di blok yang dibangun untuk menampung 38 orang.
Kebakaran menewaskan 41 narapidana di sebuah blok penjara yang penuh sesak di provinsi Banten, Indonesia, kata seorang menteri pada hari Rabu, 8 September, dan melukai lebih banyak lagi yang menurut polisi disebabkan oleh korsleting listrik.
Kebakaran tersebut, yang paling mematikan di negara ini sejak bencana pabrik kembang api yang menewaskan 47 orang pada tahun 2017, terjadi di blok penjara Tangerang pada pukul 1:45 pagi waktu setempat, kata Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia Yasonna Laoly setelah mengunjungi lokasi kejadian
“Kami bekerja sama dengan otoritas terkait untuk menyelidiki penyebab kebakaran dan tentunya merumuskan strategi pencegahan agar bencana serius seperti ini tidak terulang kembali,” kata menteri dalam pernyataannya.
Menteri mengatakan dua orang yang meninggal adalah warga negara asing, masing-masing dari Afrika Selatan dan Portugal, dan membenarkan bahwa penjara tersebut beroperasi dalam kapasitas berlebih ketika kebakaran terjadi. Sel-sel kemudian dikunci, kata menteri, tetapi karena api berkobar tak terkendali, “beberapa ruangan tidak dapat dibuka.”
Sebelumnya pada hari Rabu, Rika Aprianti, juru bicara departemen penjara kementerian, mengatakan 122 orang ditahan karena pelanggaran terkait narkoba di blok yang dibangun untuk menampung 38 orang.
Rika mengatakan semua 41 orang yang tewas adalah narapidana, dan menambahkan bahwa pihak berwenang masih mengevakuasi fasilitas tersebut hingga pukul 9 pagi waktu setempat.
Penjara-penjara di Indonesia terkenal penuh sesak, dan para ahli mengatakan bahwa fenomena ini sebagian disebabkan oleh penekanan pada penahanan dibandingkan rehabilitasi mereka yang dihukum karena pelanggaran terkait narkotika berdasarkan undang-undang narkotika yang ketat di negara ini.
TV lokal menunjukkan rekaman pada Rabu pagi tentang api yang melalap fasilitas penahanan, dan kemudian sisa-sisa bangunan hangus ketika para korban dibawa dari tempat kejadian dalam kantong mayat berwarna oranye.
Dr. Hilwani dari Rumah Sakit Umum Tangerang mengatakan kepada Reuters bahwa beberapa jenazah mengalami luka bakar parah sehingga tidak dapat diidentifikasi.
Metro TV mengutip laporan polisi yang menyebutkan 73 orang juga mengalami luka ringan. Dugaan awal kejadian ini akibat korsleting listrik, kata Juru Bicara Polri Yusri Yunus kepada media penyiaran.
Kabel listrik di penjara tersebut belum diperbaiki sejak tahun 1972 ketika penjara itu dibangun, kata Menteri Yasonna pada pengarahan hari Rabu.
Penjara di Tangerang, sebuah pusat industri dan manufaktur di pinggiran Jakarta, menampung lebih dari 2.000 narapidana, jauh melebihi kapasitasnya yang berjumlah 600 orang, menurut data pemerintah pada bulan September.
Leopold Sudaryono, seorang kriminolog dan kandidat PhD di Australian National University, mengatakan kepadatan yang berlebihan juga mempersulit upaya evakuasi darurat.
“Di Lapas Tangerang, hanya ada lima orang sipir yang bekerja satu shift untuk menjaga lapas yang berpenduduk 2.079 orang,” ujarnya. “Jadi upaya deteksi kebakaran dan evakuasi sulit dilakukan.”
Kepala penjara tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar mengenai rasio narapidana dan penjaga, maupun kapasitas fasilitas tersebut. Rika, juru bicara departemen penjara, mengatakan kepada media lokal bahwa 13 penjaga sedang bertugas di penjara tersebut pada saat kebakaran terjadi.
Ada beberapa kebakaran mematikan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Selain kebakaran pabrik kembang api di Tangerang pada tahun 2017, kebakaran pabrik korek api di Sumatera Utara pada tahun 2019 menewaskan 30 orang. – Rappler.com