Obama menyebut kekerasan di Myanmar ‘memilukan’, dan mengatakan bahwa para jenderal harus menanggung akibatnya
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
“Negara-negara tetangga Myanmar harus menyadari bahwa rezim pembunuh yang ditolak oleh rakyat hanya akan membawa ketidakstabilan yang lebih besar, krisis kemanusiaan dan risiko negara gagal,” kata Obama.
Mantan Presiden AS Barack Obama, yang mendorong keterlibatan militer Myanmar saat menjabat untuk mendorong perubahan demokratis, mengatakan pada Senin (26 April) bahwa ia “terkejut dengan kekerasan yang memilukan” yang dilakukan terhadap warga sipil setelah mengambil alih kekuasaan.
Dalam sebuah pernyataan yang jarang terjadi, Obama mengatakan dia mendukung upaya pemerintahan Biden dan negara-negara serupa untuk menjatuhkan tuntutan terhadap para jenderal Myanmar.
“Upaya ilegal dan brutal yang dilakukan militer untuk memaksakan kehendaknya setelah satu dekade kebebasan yang lebih besar jelas tidak akan pernah diterima oleh rakyat dan tidak boleh diterima oleh dunia yang lebih luas,” kata Obama dalam pernyataan yang diposting di Twitter, kata Obama.
“Negara-negara tetangga Myanmar harus menyadari bahwa rezim pembunuh yang ditolak oleh rakyat hanya akan membawa ketidakstabilan yang lebih besar, krisis kemanusiaan, dan risiko negara gagal,” tambahnya.
Obama mendesak masyarakat Myanmar yang menginginkan masa depan demokratis untuk “terus menjalin solidaritas antar kelompok etnis dan agama.”
“Ini adalah masa-masa kelam, namun saya tergerak oleh persatuan, ketahanan dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi yang ditunjukkan oleh begitu banyak warga Burma, memberikan harapan bagi masa depan Myanmar melalui pemimpin yang menghormati keinginan rakyat,” ujarnya. kata mantan presiden itu.
Sebuah kelompok pemantau aktivis mengatakan lebih dari 750 orang telah terbunuh sejak para jenderal melancarkan kekuatan mematikan terhadap mereka yang memprotes kudeta 1 Februari.
Hal ini merupakan pembalikan besar dari harapan besar satu dekade lalu, ketika militer memulai transisi menuju demokrasi.
Kemudian para jenderal membebaskan pemimpin demokrasi Aung San Suu Kyi dan mengizinkannya mencalonkan diri serta membuka tender energi dan telekomunikasi untuk perusahaan asing.
Obama menanggapinya dengan mencabut embargo perdagangan dan sebagian besar sanksi, yang menurut sebagian pejabat AS terlalu dini. Banyak sanksi yang diberlakukan kembali sejak kudeta.
Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan 3.431 orang telah ditahan karena menentang kudeta, termasuk Suu Kyi, yang menghadapi dakwaan yang dapat membuatnya dipenjara selama 14 tahun. – Rappler.com